CIANJURUPDATE.COM – Pasangan Suami Istri (Pasutri) paruh baya bernama Nana Sumarna (70) dan suaminya, Yaya Suharya (64) harus terpaksa tinggal di sebuah gubuk berukuran 2×3 meter di Kampung Tegalega, RT 02/RW 07 Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur.
Keduanya terpaksa menahan lapar di tengah keadaan yang mengenaskan, terutama saat stok beras mereka habis.
Gubuk sederhana itu telah menjadi rumah bagi pasangan paruh baya tersebut selama tiga bulan terakhir.
BACA JUGA: Tragedi Gantung Diri di Cianjur: Pria Paruh Baya Tewas
Terbuat dari kayu bekas dan kenteng, dengan atap terpal yang berlubang, kondisi tempat tinggal mereka hanya sedikit lebih baik dari tanah lapang.
“Saya awalnya ngontrak, tapi rumahnya hancur oleh gempa kemarin dan saya tidak mendapat bantuan. Kami membuat rumah sederhana ini sendiri dengan apa yang ada,” ujar Nenek Nana, sambil duduk bersila di dalam gubuk itu.
Kehidupan sehari-hari mereka dipenuhi dengan kesusahan. Suaminya bekerja sebagai buruh serabutan, dan kadang-kadang, ketika pekerjaan tak ada, mereka harus menahan lapar.
BACA JUGA: Gubuk Reyot Milik Nenek Yani di Ciranjang Ambruk Diguyur Hujan
“Kami hanya punya sedikit uang untuk membeli kayu, paku, dan peralatan lainnya,” tambahnya.
Kondisi gubuk yang tak memiliki penerangan listrik PLN membuat kehidupan pasutri paruh baya ini semakin sulit.
Mereka bergantung pada lampu minyak tanah dan harus menggunakan WC umum untuk keperluan mandi.
BACA JUGA: Gubuk Reyot Dibongkar, Warga Haurwangi Bangunkan Rumah untuk Dian
“Tidak ada listrik, jadi kami hanya menggunakan lampu minyak tanah. Kami juga tidak memiliki kamar mandi, jadi harus pergi ke WC umum,” jelas Nenek Nana.
Ketidakmampuan untuk memasak di musim hujan menjadi masalah lain bagi pasangan ini. Mereka hanya memiliki tungku dengan bahan bakar kayu, dan ketika hujan, tungku tersebut tidak dapat digunakan.
“Kami tidak memiliki kompor gas, hanya tungku dengan bahan bakar kayu. Ketika hujan, kami tidak bisa memasak karena api tidak akan menyala,” ungkapnya.
BACA JUGA: Nenek Jubaedah yang Huni Gubuk Reyot di Ciranjang Tutup Usia
Kehidupan mereka semakin terpuruk karena gubuk yang belum selesai. Dindingnya berlubang, dan saat musim hujan tiba, gubuk tersebut menjadi banjir.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu kami untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak,” pungkas Nenek Nana dengan harapan yang memayungi kehidupannya.
-
Sevillage Puncak Buka Wahana Pojok Satwa, Tawarkan Interaksi dan Edukasi Hewan untuk Keluarga -
Orang Tua Siswa Mengeluh, Iuran Berkedok Infak SDN Ibu Jenab 1 Cianjur Dipatok Hingga Rp 1,5 Juta Untuk Mebeler dan Pagar -
Bantah Isu Merkuri, Petani Ikan Cirata Tuntut Klarifikasi Menteri KKP -
Jaga Integritas, Bupati Larang Keras Pegawai Pemkab Cianjur “Bermain” Proyek -
Bupati Cianjur Lepas 44 Peserta KKN STIT Assa’idiyyah Cipanas -
DPD LASQI Cianjur Resmi Dilantik, Metty Triantika Beri Pesan: Seni Islami Harus Jadi Penyejuk Jiwa Budaya Bangsa -
APDESI Cianjur Tanggapi Soal Fenomena Protes Warga Terhadap Kepala Desa: Memang Harus Objektif -
SBH BBPK Ciloto Ajak Anak TKQ Assyifa Belajar Cuci Tangan dan Sikat Gigi dengan Ceria -
Gelombang Tinggi di Pantai Jayanti Cianjur, 67 Perahu Nelayan Rusak Berat -
PLN UID Jabar Imbau Warga Jaga Jarak Aman Dekorasi dari Jaringan Listrik: Rayakan Kemerdekaan dengan Aman, Nyaman, dan Penuh Semangat