Viral! Bupati Cianjur Pakai Jaket One Piece Saat Tinjau Jalan Rusak, Di Tengah Isu Pelarangan Simbol Bajak Laut Jelang HUT RI ke-80

CIANJURUPDATE.COM – Di tengah memanasnya isu pelarangan pengibaran bendera One Piece atau Jolly Roger, simbol bajak laut dari serial anime Jepang karya Eiichiro Oda.

Bupati Cianjur dr. Muhammad Wahyu Ferdian justru mencuri perhatian publik dengan mengenakan jaket bergambar logo bajak laut One Piece saat kunjungan kerja ke wilayah Cimaskara-Padasuka, Kecamatan Cibinong, Selasa (5/8/2025).

Dalam postingan di akun media sosial pribadinya @dr.mohammadwahyu, bupati terlihat berjalan menyusuri jalan rusak berlumpur yang sedang diperbaiki, sambil menjelaskan maksud kunjungannya, didampingi oleh Kepala Dinas PUPR Kabupaten Cianjur.

Baca Juga: Bupati Cianjur Perintahkan Disdikpora Lakukan Investigasi dan Stop Pungutan SDN Ibu Jenab 1

Namun yang mencuri perhatian netizen bukan hanya aksi blusukan bupati, melainkan jaket yang dikenakannya—berlogo khas bajak laut Topi Jerami (Mugiwara no Luffy), yang selama ini identik dengan simbol kebebasan dan petualangan dalam cerita One Piece.

Fenomena ini terjadi di tengah meningkatnya kewaspadaan aparat dan pemerintah daerah terhadap pengibaran simbol bajak laut menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, yang diperingati setiap 17 Agustus.

Sejumlah daerah bahkan dikabarkan mulai melarang pengibaran bendera Jolly Roger karena dianggap bisa menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

Meski belum ada larangan resmi di Cianjur, isu ini telah menjadi bahan diskusi di berbagai platform, termasuk media sosial. Netizen pun merespons unggahan sang bupati dengan nada jenaka.

Baca Juga: Kasus Korupsi PJU Cianjur, Kejari Tetapkan Kontraktor Swasta Jadi Tersangka Ketiga

“Mantap pak bupati, jaketnya nakama Mugiwara juga nih… One Piece!”

“Keren jaketnya… beli di mana itu, Pak?”

“Jaketnya… nanti ditangkap lho, Pak ”
“Pak, jaketna kanggo abdi, atawa peser ku abdi…”

Penggunaan simbol budaya pop seperti ini menimbulkan perdebatan tersendiri—antara ekspresi pribadi dan sensitivitas terhadap situasi nasional.

Di sisi lain, aksi Bupati Wahyu juga dinilai sebagai bentuk pendekatan humanis yang mencerminkan kedekatannya dengan generasi muda dan budaya populer.

Editor: Indra Arfiandi | Makin Tahu Indonesia 

Exit mobile version