CIANJURUPDATE.COM – Industri Rumahan (Home Industry) sangkar burung di Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, membuktikan diri sebagai salah satu pilar ekonomi kerakyatan yang tangguh di Kabupaten Cianjur. Dengan kapasitas produksi mencapai ribuan unit per bulan dan jangkauan pasar lintas pulau, sentra kerajinan ini menjadi motor penggerak roda perekonomian desa sejak dekade 80-an.
Berdasarkan data lapangan, Kampung Kabandungan yang menjadi pusat produksi sangkar burung ini memiliki output produksi yang fantastis. Didin Jaenudin, salah satu pengrajin senior, mengungkapkan bahwa volume produksi gabungan di kampung tersebut sangat tinggi untuk memenuhi permintaan pasar yang terus mengalir.
“Dalam satu bulan, industri rumahan di kampung tersebut bisa memproduksi hingga 2.000 sangkar burung,” ungkap Didin.
Secara ekonomi, perputaran uang di sentra ini cukup menjanjikan. Sangkar burung dijual dengan variasi harga yang terjangkau namun kompetitif, yakni mulai dari Rp70 ribu hingga di atas Rp100 ribu per unit, tergantung pada tingkat kerumitan desain dan material.
Pasar Meluas hingga Sumatera
Keunggulan produk Sindangasih terletak pada kualitas dan variasi bahan baku yang digunakan, mulai dari rotan, bambu, hingga limbah kaleng yang didaur ulang dengan nilai estetika tinggi melalui seni lukis. Hal ini membuat produk lokal Cianjur ini diminati pasar nasional.
Didin menyebutkan distribusi produk tidak hanya berputar di Jawa Barat saja. “Pasarnya pun luas, mulai dari Lampung, Jawa, hingga Jakarta,” tambahnya.
Baca Juga: Berdayakan Warga Sejak 1980, Sentra Sangkar Burung Sindangasih Dapat Dukungan Penuh Pemkab Cianjur
Penyerapan Tenaga Kerja Lokal
Dampak ekonomi paling nyata dari industri ini adalah penyerapan tenaga kerja. Sentra ini menjadi jaring pengaman sosial bagi warga setempat, mengurangi angka pengangguran dengan memberdayakan tenaga kerja non-formal, termasuk mereka yang memiliki latar belakang pendidikan rendah.
“Alhamdulillah ini bisa memberdayakan masyarakat, apalagi mereka yang putus sekolah. Masih bisa bekerja, masih bisa punya penghasilan,” ujar Didin menegaskan fungsi sosial-ekonomi usahanya.
Bupati Cianjur, dr. Muhammad Wahyu Ferdian, yang meninjau lokasi pada Senin (24/11), mengakui bahwa kemandirian ekonomi seperti inilah yang diharapkan tumbuh di desa-desa lain. Ia memuji ekosistem bisnis yang terbentuk secara organik di Sindangasih.
“Usaha sangkar burung ini membuat masyarakat di sini produktif, baik pemuda maupun warga lanjut usia. Selain menopang perekonomian, ini juga membuka peluang bagi anak-anak mereka untuk menjadi pengusaha sukses di bidang yang sama,” kata Wahyu.
Infrastruktur Penunjang Ekonomi
Untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, Bupati Wahyu menyoroti pentingnya infrastruktur konektivitas. Pemerintah Daerah melihat adanya korelasi kuat antara kemudahan akses transportasi—seperti reaktivasi jalur kereta api Jakarta-Cianjur dan rencana jalur Bandung—dengan peningkatan omzet pelaku usaha lokal.
“Jika akses wisata semakin mudah, masyarakat tentu ikut merasakan manfaatnya. Mulai dari usaha makanan, oleh-oleh, hingga peluang usaha penginapan milik warga akan meningkat,” jelas Wahyu.
Ia berharap, dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan potensi pengembangan menjadi destinasi wisata edukasi, nilai ekonomi dari sentra sangkar burung Sindangasih akan semakin melesat di masa depan.***
Editor: Indra Arfiandi
