Berita

Lookism: Fenomena Diskriminasi Berbasis Penampilan di Indonesia

×

Lookism: Fenomena Diskriminasi Berbasis Penampilan di Indonesia

Sebarkan artikel ini

Dalam dunia modern seperti sekarang, penampilan seringkali dijadikan sebagai tolak ukur seseorang dalam menerima pekerjaan, pendidikan dan pengakuan sosial lainnya. Fenomena ini dikenal sebagai lookism, yaitu diskriminasi berbasis penampilan. Meskipun tidak terlalu banyak diperbincangkan, lookism seringkali terjadi di Indonesia.

Fenomena Lookism di Indonesia: Diskriminasi Berdasarkan Penampilan

Lookism dapat terjadi ketika seseorang dihukum atau dipandang kurang untuk hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, pendidikan, dan harga diri semata-mata berdasarkan penampilan fisiknya. Contohnya, seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan akan sedikit atau bahkan tidak diterima kerja, bahkan jika kualifikasi dan pengalaman kerja yang dimilikinya sangat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Banyak orang cenderung menganggap bahwa penampilan fisik seseorang bisa mencerminkan kualifikasi, kemampuan, dan pribadi orang tersebut.

Keberadaan Lookism di Indonesia: Dampak, Akar Permasalahan dan Solusinya

Lookism jelas akan memiliki dampak buruk bagi orang yang menjadi korban. Banyak orang akan merasa minder karena penampilan fisiknya, dan merasa bahwa dirinya tidak dapat mencapai kesuksesan hanya karena penampilan mereka. Nah, apa yang menyebabkan munculnya lookism? Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal itu dapat menjadi karena budaya sosial tertentu yang mengalami aspirasi dan mengejar penampilan idealistik. Salah satu solusi untuk menghilangkan fenomena lookism adalah dengan meningkatkan kesadarannya di kalangan masyarakat, terutama di lingkungan pendidikan dan kerja.

Ketika kita membicarakan diskriminasi, biasanya yang terbayang adalah diskriminasi berbasis gender, ras atau agama. Namun, tidak ada alasan mengapa lookism tidak bisa diperhitungkan dalam konteks ini. Sebagai masyarakat yang majemuk, kita perlu memahami bahaya dari lookism dan berusaha lebih memahami orang dari hati mereka dan bukan hanya dari penampilan fisik semata. Kita semua berhak dihargai tanpa memandang penampilan fisik kita, dan pada akhirnya, kita menilai seseorang atas apa yang telah dilakukan dan bukan tampilannya yang kadang-kadang bisa keliru.

Tinggalkan Balasan