Jabar

Sejarah Jalur Puncak yang Terkenal dengan Kemacetannya

Sejarawan Purnawan Basundoro mencatat dalam Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia (2023), bahwa jalur ini tidak hanya bertujuan untuk ekonomi, tetapi juga untuk pertahanan militer.

Jalan yang baik akan mempercepat transportasi hasil panen dan mobilisasi pasukan.

Jalur ini melewati beberapa dataran tinggi, termasuk di sekitar kaki Gunung Gede dan Pangrango, yang kini dikenal sebagai Jalan Raya Puncak. Salah satu puncaknya, Puncak Pass, terletak di Gunung Megamendung dengan ketinggian 1.880 mdpl.

Dari catatan sejarawan, sekitar 400 pekerja terlibat dalam pembangunan jalur ini, dengan supervisi seorang insinyur untuk menentukan posisi dan kondisi jalan.

Upah yang mereka terima juga cukup tinggi pada masa itu, yaitu 10 ringgit perak.

Jalan Raya Pos: Rute Strategis dan Menarik

Pada Juni 1809, Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer dan Panarukan resmi selesai dibangun.

Jalur dari Buitenzorg menuju Cianjur memiliki medan yang menanjak dan curam, membuat perjalanan menjadi tantangan tersendiri.

Penulis Charles Walter Kinloch dalam Rambles in Java and the Straits (1853) menggambarkan bagaimana kereta yang ditarik kuda sering kali harus dibantu oleh kerbau untuk melewati tanjakan.

Pengalaman serupa juga diceritakan oleh Arya Purwalelana, seorang pelancong yang melewati jalur ini pada 1860-an.

Meskipun perjalanan yang melelahkan, keindahan alam di Puncak berhasil memikat hatinya.

Ia bahkan menyebutkan bahwa keindahan gunung di Megamendung tak terlukiskan dalam kata-kata.

BACA JUGA: Pedagang Asongan Menghilang, Pengendara yang Terjebak Macet di Jalur Puncak Harus Menahan Lapar dari Malam sampai Pagi

Objek Wisata dan Daya Tarik Puncak

Di kawasan Puncak, terdapat objek wisata menarik seperti Telaga Warna, yang menjadi tempat singgah bagi para pelancong yang lelah dalam perjalanan dari Buitenzorg menuju Sindanglaya.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button