CIANJUR UPDATE, Cianjur – Kabupaten Cianjur masih berpotensi melahirkan seniman muda bertalenta. Akan tetapi, sebagian memilih merantau karena kurangnya apresiasi, sebagian lainnya berjuang di Kota Santri dengan kerentanan ekonomi.
Fauzi Arif Suhada (21), pemuda asal Kampung Wargaluyu, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur ini memilih berkarir sebagai Illustrator dan desainer grafis di DKI Jakarta.
Pemuda yang sempat lulus dari MAN 1 Cianjur pada 2019 ini langsung menempuh pendidikan singkat di bidang desain grafis di Depok. Setelah itu, ia pun menjadi seorang desainer grafis bagi Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Jakarta.
Berawal dari hobinya menggambar sejak kecil, Fauzi mulai merambah ke dunia Illustrator digital sejak dua tahun lalu di Jakarta. Baginya, Ibu Kota menjadi ladang potensial untuk para seniman.
Fauzi mengungkapkan alasannya memilih memulai karir di Jakarta ketimbang Cianjur. Ia menilai, Jakarta punya peluang kerja lebih banyak.
“Karena seperti kebanyakan pandangan perantau yang sama-sama dari cianjur dan sekitarnya bahwa bekerja diluar kota mendapat pilihan dan peluang kerja lebih banyak, selebihnya gaji yang lebih besar,” kata dia kepada Cianjur Update, Rabu (8/6/2022).
Selain bekerja formal sebagai desainer grafis, Fauzi pun berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan Jakarta Jurusan Desain Komunikasi Visual.
“Kerja sampingan sebagai freelancer desain grafis juga. Saat ini sedang merintis komik strip yang update setiap akhir pekan di instagram @rifkomik dan selebihnya membuat ilustrasi naratif di akun pribadi saya,” ucap dia.
Baca Juga: GWC-ACT Gandeng Pemkab Cianjur Hadirkan Program Penguatan Ekonomi Masyarakat
Meskipun ia memilih berkarir di Jakarta, menurutnya, seniman digital seperti illustrator dan desain grafis di Cianjur bisa potensial. Terlebih dengan kemudahan internet.
Bahkan, ia menyebut, illustrator bisa mendapatkan kesejahteraan dan lepas dari kerentanan ekonomi. Terlebih, dengan platform digital. Sebagai desainer grafis dan Illustrator di Jakarta, Fauzi bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp3 juta dalam sebulan.
“Sangat berpeluang, karena illustrator pada zaman sekarang tidak harus selalu menempel pada media cetak untuk dapat penghasilan. Melainkan bisa lebih dari itu dengan banyaknya platform digital yang menyediakan jasa freelance baik lokal maupun internasional,” jelas Fauzi.
Akan tetapi, ia menilai, apresiasi seni masyarakat Kabupaten Cianjur masih kurang. Tidak hanya itu, ia merasa tidak memiliki ruang ekspresi yang cukup sebagai seniman.
“Yang saya ketahui bahwa apresiasi seni di Cianjur masih belum cukup diberikan ruang untuk para seniman berekspresi. Contoh, kurangnya ajang pameran yang diselenggarakan oleh Pemda,” kata dia.
Berbeda dengan DKI Jakarta, kata Fauzi, yang menjadi pusat ekonomi. Banyak gelaran seni yang bisa menjadi ruang ekspresi seniman di Indonesia.
“Di daerah pusat ekonomi dan budaya seperti Jakarta pagelaran seniman di museum sering sekali diadakan. Bahkan, tidak sedikit yang melibatkan peserta dari luar Jakarta untuk ikut memeriahkan event tersebut,” jelas dia.
Di Cianjur, kata dia, umumnya para seniman digital seperti illustrator hanya berkarya di rumah masing-masing. Namun, sangat minim pagelaran yang mewadahi seniman.
“Sementara di Cianjur umumnya para pelukis atau illustrator mereka terus berkarya di rumah masing-masing sampai karya mereka disorot oleh media, namun tak sedikit dari mereka inisiatif membuat komunitas dan membuat event kecil-kecilan di komunitasnya,” jelas dia.
Fauzi pun memberikan saran kepada Kabupaten Cianjur agar bisa lebih mengapresiasi seniman. Misalnya dengan membuat beasiswa seniman bagi. Selain itu, bisa dengan membuat sayembara illustrasi maskot kabupaten.
“Bisa dengan mengadakan beasiswa seniman khusunya bagi pelajar sehingga mereka tertarik untuk terus berkarya. Diandakannya sayembara ilustrasi maskot kota layaknya maskot piala dunia,” terang dia.
Baca Juga: Muslim Footballers Cianjur, Ukhuwah Dan Dakwah Modern