Keracunan Massal Program MBG Marak, Gubernur Dedi Mulyadi Ancam Ganti Vendor Tak Mampu

“Kemudian, ditambah lagi juga ingin memberikan layanan secara sekaligus. Misalnya gini, masaknya jam 1 malam atau masaknya jam 12 malam, disajikannya jam 12 siang. Kan jarak waktunya lama. Nah, itu kan perlu dievaluasi,” paparnya.
Atas dasar temuan awal tersebut, Dedi menegaskan bahwa evaluasi akan berujung pada konsekuensi serius bagi penyelenggara yang tidak memenuhi standar.
“Nah, kalau sudah dievaluasi, itu berarti penyelenggara kegiatannya tidak mampu. Kalau penyelenggara kegiatan tidak mampu atau vendor yang melaksanakan kegiatan layanan tidak punya kemampuan, ya evaluasi dan ganti pada yang lebih mampu,” tegasnya.
Meskipun hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa, Dedi Mulyadi menekankan bahwa dampak keracunan ini tidak bisa dianggap remeh, terutama dari sisi psikologis anak-anak.
“Sampai hari ini tidak (ada yang meninggal), tetapi kan walaupun tidak meninggal, tetap kan itu menimbulkan trauma. Traumanya adalah anak yang harusnya mendapatkan asupan gizi, itu kan menjadi keracunan, kan menjadi trauma. Traumanya nanti mereka tidak mau makan lagi terhadap makanan yang disajikan,” katanya.
Ia menyimpulkan bahwa evaluasi menyeluruh adalah satu-satunya jalan untuk memulihkan kepercayaan publik dan memastikan keamanan siswa. “Sedangkan makanan yang disajikan itu kan tiap hari dilakukan. Ini yang disebut dengan diperlukannya evaluasi terhadap penyelenggara kegiatan,” pungkasnya.