CIANJURUPDATE.COM – Perkembangan pasar crypto terutama Bitcoin terus mengalami fluktuasi yang signifikan. Apalagi saat ini tengah terjadi ketegangan di Timur Tengah. Jika perang Iran-israel semakin meluas akan berdampak pada ekonomi global, dan berujung pada harga Bitcoin.
Untuk kamu yang suka trading future market crypto tentunya harus lebih matang melakukan analisa fundamental maupun teknikal. Akibat gejolak geopolitik yang terjadi di Timur Tengah yang bisa membuat Investor menarik dana.
Jika kamu belum bisa menganalisa pergerakan harga pasar, maka sebelum membeli Bitcoin futures kamu bisa mengikuti prediksi dari analis crypto terkenal atau trader profesional yang biasanya memberikan pendapatnya.
Sekarang ini, Bitcoin (BTC) sedang mengalami peningkatan tekanan penjualan dengan meningkatnya arus keluar di pasar spot seiring dengan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah. Indikator teknis, seperti Relative Strength Index (RSI) dan MACD, menunjukkan penurunan dalam momentum pembelian, yang mengindikasikan kemungkinan penurunan harga lebih lanjut.
Baca Juga: Intip 5 Platform Trading Crypto dengan Fitur Lengkap
Saat ini, BTC diperdagangkan sekitar US$105.000, dan jika tekanan negatif terus berlanjut, ada kemungkinan jatuh ke level support yang berada di sekitar US$103.000.
Bitcoin (BTC) Mengalami Arus Keluar Spot Signifikan di Tengah Ketegangan di Timur Tengah yang Meningkat
Bitcoin saat ini mengalami peningkatan tekanan penjualan dengan adanya arus keluar yang lebih tinggi di pasar spot. Kejadian ini terjadi ketika pasar berjuang menghadapi konsekuensi dari serangan Israel terhadap Iran pada hari Jumat, yang menimbulkan ketidakpastian geopolitik.
Koin ini telah menurun sebesar 3% dalam periode 24 jam terakhir, dengan indikator teknis menunjukkan lemahnya momentum pembeli. Jika tekanan bearish berlanjut, BTC mungkin akan mengalami penurunan lebih dalam, berpotensi menguji level support yang lebih rendah dalam waktu dekat.
Bitcoin Menghadapi Risiko Kehilangan Lebih Lanjut Karena Indikator Berubah Negatif
Dalam 24 jam terakhir, BTC telah mengalami penurunan hampir 5%, berada di sekitar harga US$105.000. Meningkatnya sentimen risiko rendah telah menyebabkan modal keluar dari pasar spot, yang menunjukkan menurunnya kepercayaan di kalangan trader dan investor institusional.
Baca Juga: 5 Aplikasi Nabung Kripto yang Cocok untuk Pemula
Melihat grafik harian, RSI BTC telah turun di bawah titik netral 50, yang menunjukkan penurunan signifikan dalam momentum pembelian. Pada saat informasi ini diterbitkan, indikator ini menunjukkan angka 48,85, mengarah ke bawah.
Indikator RSI digunakan untuk menilai apakah suatu aset sedang dalam kondisi overbought atau oversold. Rentangnya berkisar antara 0 dan 100, nilai di atas 70 menunjukkan bahwa aset tersebut mungkin overbought dan kemungkinan akan mengalami penurunan harga.
Sebaliknya, nilai di bawah 30 menunjukkan bahwa suatu aset mungkin oversold dan dapat pulih. Pembacaan RSI BTC saat ini menunjukkan lemahnya momentum bullish dan memberi sinyal kemungkinan penurunan harga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Di samping itu, pengaturan Moving Average Convergence Divergence (MACD) untuk koin mendukung proyeksi bearish ini. Pada saat informasi ini dibagikan, garis MACD BTC (warna biru) terletak di bawah garis sinyalnya (warna oranye), yang membawa indikasi adanya dominasi tekanan penjualan.
Indikator MACD membantu dalam mengidentifikasi tren serta momentum pergerakan harga sebuah aset. Ini memberikan panduan kepada trader untuk menemukan sinyal beli atau jual potensial berdasarkan persilangan antara garis MACD dan garis sinyal. Jika pengaturan seperti ini terjadi, pasar dikuasai oleh aktivitas jual, menunjukkan kemungkinan penurunan harga lebih lanjut.
BTC Bear Menguat Saat Harga Menurun
Saat ini, BTC diperdagangkan pada harga US$105.304, menandakan candle merah ketiga berurutan di grafik harian. Dengan permintaan terhadap koin yang semakin berkurang, ada risiko penurunan menuju level support di US$103.061.
Jika buyer tidak berhasil mempertahankan titik ini, penurunan lebih lanjut menuju US$101.610 bisa jadi akan terjadi.
Analisis Harga BTC.
Namun, jika muncul kembali permintaan, BTC berpotensi untuk keluar dari tren penurunannya dan bergerak naik menuju level resistensi di US$106.548.
Pergerakan harga Bitcoin
Dilansir dari Pintu Market, harga Bitcoin hari ini adalah Rp 1.721.366.111, dengan volume perdagangan harian Bitcoin (BTC) mencapai angka US$16.327.500.129 dalam 24 jam terakhir, mencatat penurunan sebesar -10,00% dibandingkan sehari sebelumnya.
Sementara itu, Bitcoin (BTC) pernah mencapai harga tertinggi sepanjang waktu diangka di US$111.814 dan mencatat harga terendah sepanjang waktu di US$67,81. Saat ini, harganya berada 5,84% di bawah level tertingginya dan 155.162,91% di atas level terendahnya.
Untuk Kapitalisasi pasar Bitcoin (BTC) kini berada di angka US$2.095.277.503.446. Nilai kapitalisasi pasar ini dihitung dengan mengalikan harga token dengan jumlah total pasokan token BTC yang beredar (20 juta token yang tersedia untuk diperdagangkan di pasar saat ini).
Ethereum Ditinggal Investor, Bitcoin Kembali Jadi Primadona
Ethereum pernah menunjukkan potensi untuk menembus angka US$3.000 pada pekan lalu. Namun, harapan tersebut hancur setelah serangan Israel ke Iran pada hari Kamis lalu. Ketegangan geopolitik yang tiba-tiba ini kontan menimbulkan tekanan pada pasar crypto.
Harga ETH dilaporkan turun lebih dari 2 persen dalam dua hari terakhir. Penurunan ini menunjukkan betapa rentannya sentimen pasar crypto terhadap peristiwa politik global, terutama di saat investor sedang mencari arah di tengah situasi makroekonomi yang tidak stabil.
Data On-Chain Tunjukkan Sinyal Bearish
Analisis terkini yang disampaikan oleh Amr Taha di platform CryptoQuant menyoroti bahwa Ethereum kini berada di bawah tekanan. Dalam laporan tersebut, Taha mengamati penurunan signifikan pada metrik Open Interest (OI) Ethereum di Binance.
Selama 48 jam terakhir, OI Ethereum dilaporkan anjlok lebih dari 19 persen, seiring dengan penurunan harga ETH dari sekitar US$2.800 menjadi US$2.500 hanya dalam waktu singkat.
Penurunan Open Interest Ethereum – Amr Taha
Penurunan OI umumnya dianggap sebagai indikasi bearish, karena menunjukkan melemahnya aliran dana ke dalam kontrak derivatif ETH. Taha berpendapat bahwa kondisi ini kemungkinan besar disebabkan oleh aksi jual panik dari para trader crypto.
Analis tersebut juga menyatakan bahwa tekanan ini akan semakin menambah buruk sentimen pasar Ethereum dalam waktu dekat, dan bisa memicu fase konsolidasi atau bahkan penurunan lebih lanjut jika aliran modal belum kembali kuat.
Perpindahan Modal Menuju Bitcoin?
Menarik untuk dicatat, di tengah tekanan yang dialami Ethereum, Bitcoin justru memperlihatkan tanda-tanda arus masuk modal. Dalam analisis yang sama, Amr Taha mencatat bahwa telah terjadi penarikan besar-besaran sebanyak 7.000 BTC dari Coinbase.
Penarikan ini bertepatan dengan turunnya Open Interest Ethereum, yang menurut Taha bisa menjadi petunjuk bahwa investor sedang berpindah dari ETH ke BTC.
Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.
Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.