Berdayakan Warga Sejak 1980, Sentra Sangkar Burung Sindangasih Dapat Dukungan Penuh Pemkab Cianjur
CIANJURUPDATE.COM – Eksistensi industri rumahan sangkar burung di Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, kembali mendapat sorotan positif.
Usaha yang telah menjadi nadi perekonomian warga Kampung Kabandungan sejak tahun 1980 ini dinilai berhasil menciptakan kemandirian ekonomi yang inklusif, melibatkan berbagai lapisan usia mulai dari remaja hingga lansia.
Bupati Cianjur, dr. Muhammad Wahyu Ferdian, secara khusus meninjau lokasi tersebut dalam agenda ‘Rembug Warga’ pada Senin (24/11). Dalam kunjungannya, Bupati mengapresiasi ketahanan ekonomi warga setempat yang mampu mempertahankan produktivitas di tengah tantangan ketersediaan lapangan kerja formal.
Baca Juga: Le Eminence Puncak Suguhkan Pengalaman Liburan Akhir Tahun dengan Sentuhan Budaya Sunda
“Usaha sangkar burung ini membuat masyarakat di sini produktif, baik pemuda maupun warga lanjut usia. Selain menopang perekonomian, ini juga membuka peluang bagi anak-anak mereka untuk menjadi pengusaha sukses di bidang yang sama,” ujar Wahyu di sela-sela kunjungannya.
Menurut Wahyu, tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini telah membentuk ekosistem ekonomi lokal yang kuat. Hampir seluruh warga terlibat dalam rantai produksi, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu sentra UMKM unggulan di Kabupaten Cianjur.
Wacana Destinasi Wisata Edukasi
Melihat potensi yang ada, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur kini tengah mengkaji peluang pengembangan Kampung Kabandungan menjadi destinasi wisata edukasi berbasis kerajinan tangan. Meski demikian, realisasi rencana tersebut akan disesuaikan dengan pemetaan skala prioritas pembangunan daerah.
Baca Juga: Antusiasme Tinggi, 58 Karya Berebut Tempat di Sayembara City Branding Pariwisata Cianjur 2025
“Kami akan lihat dulu apakah bisa masuk ke prioritas. Yang jelas, pembangunan infrastruktur menuju destinasi wisata terus kami benahi. Selain itu, promosi dan perlindungan terhadap kawasan wisata juga diperkuat agar tidak terjadi alih fungsi lahan,” jelas Wahyu.
Lebih jauh, Wahyu menekankan pentingnya konektivitas transportasi dalam mendukung pariwisata lokal. Ia menyebut dukungan pemerintah pusat dan provinsi melalui reaktivasi jalur kereta api Jakarta–Cianjur serta kereta wisata telah memberikan dampak positif. Ia pun optimistis jalur Cianjur–Bandung dapat segera terealisasi untuk memperluas akses pasar dan wisatawan.
“Jika akses wisata semakin mudah, masyarakat tentu ikut merasakan manfaatnya. Mulai dari usaha makanan, oleh-oleh, hingga peluang usaha penginapan milik warga akan meningkat,” tambahnya.
Warisan Turun-Temurun dan Pemberdayaan Sosial
Di sisi pelaku usaha, geliat industri ini ternyata memiliki akar sejarah yang panjang. Didin Jaenudin, salah satu pengrajin senior, mengungkapkan bahwa keterampilan membuat sangkar burung di desanya sudah ada jauh sebelum tahun 1980-an.
“Kalau pertama dari orang tua itu tahun 60-an ikut kerja, akhirnya sekitar tahun 70–80 masing-masing bikin sendiri,” tutur Didin menceritakan sejarah industri di kampungnya.
Dalam proses produksinya, para pengrajin memanfaatkan berbagai bahan baku seperti rotan, bambu, kaleng, triplek, hingga proses pendempulan dan pengecatan lukis. Kapasitas produksi kampung ini terbilang masif, mampu menghasilkan hingga 2.000 sangkar burung per bulan dengan jangkauan pasar meliputi Jakarta, kota-kota di Jawa, hingga Lampung.
Produk kerajinan ini dibanderol dengan harga bervariasi, mulai dari Rp70 ribu hingga di atas Rp100 ribu, bergantung pada tingkat kerumitan dan jenis sangkar. Namun, bagi Didin, nilai terbesar dari usaha ini bukan hanya pada profit, melainkan fungsi sosialnya dalam menyerap tenaga kerja lokal.
“Alhamdulillah ini bisa memberdayakan masyarakat, apalagi mereka yang putus sekolah. Masih bisa bekerja, masih bisa punya penghasilan,” pungkas Didin.***
Editor: Indra Arfiandi



