Akses Jalan Berlumpur Nyawa Terancam, Perjuangan Ibu Hamil di Pelosok Cianjur Memprihatinkan

CIANJURUPDATE.COM – Kondisi infrastruktur yang memprihatinkan kembali menjadi sorotan tajam di Kabupaten Cianjur. Nur Aida (25), seorang ibu hamil dari Desa Mulyasari, Kecamatan Agrabinta, harus mengalami pengalaman pahit sekaligus menegangkan ketika hendak melahirkan.

Minimnya akses jalan yang layak memaksa warga untuk menandu dirinya sejauh tiga kilometer melintasi jalanan berlumpur dan rusak parah demi mencapai fasilitas kesehatan.

Insiden yang terjadi pada Rabu (14/5/2025) ini terekam dalam video berdurasi 29 detik dan dengan cepat menyebar luas di media sosial, memicu keprihatinan mendalam akan nasib masyarakat di wilayah terpencil.

BACA JUGA: Rutin Setiap Hujan Deras, Jalan Raya di Ciherang Pacet Cianjur jadi Langganan Banjir

Hadim, Ketua RW 04 yang juga merupakan kerabat Nur Aida, mengungkapkan kronologi kejadian yang nyaris berujung tragis tersebut. Menurutnya, Nur Aida mulai merasakan kontraksi sejak dua hari sebelumnya, namun puncaknya terjadi pada hari Rabu. Keluarga segera berupaya membawa Nur Aida ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan persalinan.

“Kalau mulesnya memang terasa sejak dua hari sebelumnya. Tapi puncaknya pada hari rabu. Langsung keluarga membawa Nur Aida ke puskesmas untuk melahirkan,” ungkap dia pada Sabtu 17 Mei 2025.

Ironisnya, buruknya infrastruktur jalan menjadi kendala utama. Hadim menjelaskan bahwa jalan menuju kampung Nur Aida dalam kondisi rusak parah, diperparah dengan lumpur tebal akibat hujan yang mengguyur. Kondisi ini membuat kendaraan roda empat tidak dapat mencapai kediaman ibu muda tersebut.

BACA JUGA: Miris! Jalan Provinsi Rusak Parah Hambat Akses Siswa di Sindangbarang Cianjur: Semoga Dilihat KDM

“Jalan ke kampungnya masih rusak. Apalagi di musim hujan ini berlumpur, jadi mobil tidak bisa jemput. Kalaupun memaksakan akan terjebak, jadi akan lebih repot nantinya,” imbuhnya.

Dalam situasi mendesak, warga Desa Mulyasari menunjukkan solidaritas tinggi. Mereka berinisiatif membuat tandu darurat menggunakan kain yang dikaitkan pada dua batang bambu untuk menggotong Nur Aida menuju titik terakhir yang dapat dijangkau oleh mobil.

Perjalanan sejauh tiga kilometer tersebut ditempuh dalam waktu lebih dari satu jam, dengan warga secara bergantian memikul beban.

BACA JUGA: Orang Tua Siswa Antusias Ikut Antarkan Anaknya ke Barak TNI Jalani Pembinaan Karakter

“Lumayan jauh perjalanannya. Kalau kendaraan bisa masuk ke kampungnya mungkin waktu tempuh hanya 10 menit,” katanya.

Setibanya di titik penjemputan, Nur Aida segera dilarikan ke puskesmas. Namun, keterbatasan fasilitas di puskesmas pertama memaksa pihak medis untuk merujuknya ke rumah sakit di Kabupaten Sukabumi.

Perjuangan belum usai. Di tengah perjalanan menuju rumah sakit rujukan, kontraksi Nur Aida semakin intens. Beruntung, di tengah perjalanan terdapat puskesmas lain yang lebih dekat. Ibu hamil tersebut segera dilarikan ke sana.

BACA JUGA: Tebing Longsor Tutupi Jalan Raya Mariwati Cianjur Akibat Hujan Deras

“Tadinya dirujuk ke RS, tapi ternyata di perjalanan kepala bayinya sudah nongol. Beruntungnya ada puskesmas lain yang dekat di perjalanan. Alhamdulillah setelah ditangani di puskesmas kedua ini proses persalinan lancar, anak pertama dari Nur Aida lahir dengan selamat, anaknya perempuan. Kalau tidak ada puskesmas terdekat di perjalanan mungkin melahirkan di jalan di dalam mobil,” tuturnya.

Hadim mengungkapkan bahwa kejadian ibu hamil ditandu bukan merupakan peristiwa pertama di Desa Mulyasari. Kondisi serupa sering dialami oleh warga lainnya, baik yang hendak melahirkan maupun yang membutuhkan pertolongan medis darurat.

“Sudah sering, kalau ada yang melahirkan dan sakit pasti ditandu hingga ke jalan yang bagus ke titik penjemputan mobil. Makanya kami berharap jalan desa ini diperbaiki, jangan sampai ada korban dulu,” tegasnya.

BACA JUGA: Tingkatkan Kesadaran Kesehatan Mental, Rumah Sakit Edelweiss Cianjur Berbagi Takjil sekaligus Edukasi di Perempatan Jalan Pramuka

Kepala Desa Mulyasari, Ade Rustandi, membenarkan kondisi infrastruktur jalan yang memprihatinkan di wilayahnya. Ia menjelaskan bahwa jalan yang dilalui Nur Aida merupakan jalan desa.

Namun, ia mengakui adanya keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah desa untuk memperbaiki seluruh kerusakan jalan.

“Betul itu terjadi di desa kami. Jalannya memang rusak. Tapi bukan berarti dari desa tidak ada perhatian, karena anggaranya terbatas sedangkan jalan yang rusak sangat banyak,” jelasnya.

Menurutnya, alokasi Dana Desa setiap tahunnya hanya sebesar Rp 800 juta, yang harus dialokasikan untuk berbagai kebutuhan desa. Sementara itu, panjang jalan desa yang mengalami kerusakan mencapai puluhan kilometer.

BACA JUGA: Pohon Randu Raksasa Tumbang di Karangtengah, Akses Jalan Warga Sempat Lumpuh

“Kalaupun dari Dana Desa seluruhnya untuk pembangunan jalan pun tidak akan cukup. Terlebih kan harus rambat beton, kalau aspal cepat rusak,” katanya.

Ade Rustandi berharap adanya intervensi dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat untuk mengatasi permasalahan infrastruktur di desa-desa pelosok seperti Mulyasari.

Ia menekankan bahwa perbaikan akses jalan sangat krusial untuk mempermudah warga dalam mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya.

“Kami berharap dari pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat ada solusi untuk desa kami yang di pelosok ini supaya warga tidak kesulitan lagi untuk mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya,” pungkasnya.

Editor: Dadan Suherman

Exit mobile version